Mau Jadi DJ?, Ini yang Dilakukan DJ Herries IDJS

Home

Jakarta, inspiras1nusantara, Belakangan ini dunia musik tengah marak musik remix, paduan aneka aliran musik dan lagu yang dimainkan hingga ‘membius’ pendengarnya ikut bergoyang. Keahlian padu padankan musik dan lagu itu, dimiliki seorang DJ (disc jokey) yang punya ‘feeling’ mengemas paduan musik dan lagu menjadi sesuatu yang enak untuk ‘berjojing’.

Keahlian seorang DJ tak diperoleh begitu saja, ada tempat khusus yang membentuk seseorang menjadi DJ. Jika menilik dari lagu-lagu remix yang kini mendominasi dunia permusikan, miris melihat itu pasalnya semua orang yang yang memainkan lagu remix dianggap DJ. Istilah kekinian ‘mendadak DJ’, padahal menyandang sebutan DJ tak semudah itu.

Beda dengan DJ tahun 90-an, mereka benar-benar mengerti bagaimana mengatur alur musik kapan memainkan beat tinggi dan kapan menurunkan beat-nya. DJ tahun generasi X (lahir 1965-1980) harus membangun karir lewat pendidikan DJ, maka tak heran di tahun itu bertebaran sekolah DJ.

Seperti Yulius Heri Bakrie yang punya nama panggung DJ Herris IDJS, DJ generasi 90-an yang namanya sudah malang melintang di kancah per-DJ-an. Bagi yang pernah merasakan musik remix era 90-an, pasti kenal Lipstik, Ebony, Emporium atau nama-nama club yang tumbuh subur di zaman itu. Di club-club itulah DJ Harries menunjukan keahliannya mempadukan segala aliran musik dan lagu.

DJ Herries menceritakan bagaimana dirinya ‘digojlok’ oleh para mentor dan seniornya, bahkan direndahkan sebagai uji mental sebelum menjadi DJ profesional. Namun hal itu ia lewati, karena tekadnya ingin menjadi DJ seperti disc jokey panutannya yang lebih dulu ‘berkibar’ sebelum dirinya.

Sebenarnya, ia berkenalan dengan dunia DJ secara tak sengaja, kala itu ia dianjurkan beberapa rekannya menjadi DJ karena kesukaan Herries dengan musik remix. Bergabunglah ia di sekolah DJ di bilangan Jakarta Selatan, “saya dibilang begini, ngapain jadi DJ gak bisa jamin hidup lu”, tandasnya menambahkan.

Namun tekad kuatnya masuk ke dunia musik remix membuat ia bertahan dari ngomongan yang mengecilkan hasratnya menjadi ahli dibidang musik remix. Lulus dari sana, ia pun masuk komunitas para DJ Jakarta yaitu IDJ (Ikatakan Disc Jokey) dan awal menunjukan kebolehanya di Lipstik di Blok M, gedungnya kini menjadi Pasar Jaya Blok M.

Dari satu club ke club lainya, membuat namanya kian dikenal kaum muda yang kerap berkunjung ke club mengisi waktu senggang. Sesekali ia diminta mengisi acara baik itu ulangtahun, peresmian kantor atau acara sejenisnya, namanya pun makin dikenal karena performa apiknya menghasilkan lagu remix yang membius pendengarnya turun ke lantai ‘jojing’.

DJ Herries menyoroti perbedaan remix lagu saat tahun 90-an dengan sekarang, menurutnya, di eranya DJ mampu menaik turunkan hasrat ber-jojing pengunjung, bahkan dengan memainkan itu DJ bisa memberi keuntungan bagi club tempat DJ menunjukan keahliannya me-remix musik.

Sementara, DJ saat ini kurang bisa membuat adrenalin pengunjung naik-turun, hal itu ia nilai kala mendengar musik remix yang dihasilkan DJ saat ini. “Iramanya kencang terus (beat-red), gimana pendengar bisa kembali ke kursinya kalau musiknya kencang terus, ini merugikan manajemen club penjualan minuman bisa kurang”, kilahnya.

Dari waktu ke waktu nama panggungnya kian luas diundang mengisi acara baik formal maupun informal, tentu banyak godaan pula yang datang, seperti kata petatah ‘semakin tinggi pohonnya semakin banyak angin yang bisa merobohkan’. Godaan itu terutama dari kaum hawa, para perempuan itu ‘terbius’ dengan remix lagunya yang DJ Herries hasilkan, dan juga wajah imutnya yang menggoda.

Wajahnya boleh dikatakan mirip aktor laga Taiwan, Takeshi Kanasiro, memang saat dimenunjukan performanya bukan dengan pedang atau toya tapi dengan mixer, CD, dan peralatan lain khusus DJ. Bisa kita bayangkan bagaimana histerisnya kaum hawa melihat penampilan Takeshi Kanasiro asal Lampung tersebut. Tapi kita boleh acungkan jempol untuk DJ Herries, dirinya memilih setia dengan pasangannya hingga saat ini, meski banyak perempuan yang merayu untuk berpaling dari pasangannya.

Mendekati tahun 2000, masa emas musik remix mulai meredup, meski ia masih kerap diundang mengisi acara. DJ Herries pun memikirkan masa depannya, bila hanya mengandalkan keahlianya sebagai DJ tak akan bertahan lama, bagaimana dengan hari tuanya, seperti yang ia tuturkan pada inspiras1nusantara.com kala datang ke Jakarta.

Gayung pun bersambut, saat ia mengisi acara di kota asalnya Lampung, dirinya diajak berbisnis oleh tamu yang sering datang jika dirinya menjadi DJ. Mimpi meninggalkan profesi DJ sudah didepan mata. Akhirnya DJ Herries mulai mengurangi kegiatan ‘jedag jedug’ malam hari, dan mendalami bisnisnya di bidang infrastruktur.

Hari demi hari, lalu bulan demi bulan dan tahun demi tahun, bisnisnya membesar tapi ia tidak meninggalkan profesi DJ yang telah membesarkan namanya dan dikenal orang banyak.Ditengah menjalankan bisnis, dirinya masih menghibur orang lain dengan musik remix, seperti saat WIB komunitas wartawan mengadakan acara ‘Lunar Year, WIB Berbagi Kasih’, DJ Herries sanggup mengguncang lantai dansa dengan performa apiknya.

Rencananya 24 Februari nanti, DJ Herries akan berkolaborasi dengan DJ era sekarang di sebuah acara yang dikemas para sesepuh media yang peduli dengan kebersamaan sesama insan media, di hotel Sultan, Jakarta.

Kembali terjun ke dunia musik remix bukan karena ruwetnya bisnis tapi memang darah seninya mengalir kencang dalam dirinya. Meski DJ Herries sempat menceritakan perusahaan yang ia kelola ditipu teman bisnisnya, tagihan sebesar Rp.1,9 miliar lebih belum dibayar padahal ia sudah menagih sejak 1,5 tahun lalu hingga saat ini tapi hutang itu belum juga dilunasi.apr.

Leave a Reply