Kopasgat Ajarkan cara Aman Liput Peperangan
Jakarta, inspiras1nusantara, Bila kita dihadapi dua pilihan perang atau tidak pasti memilih tidak perang, siapa pun tak menginginkan kontak senjata karena perang menghancurkan segalanya. Namun kita dihadapkan dengan situasi dunia yang sewaktu-waktu bisa saja terjadi peperangan.
Jangankan masyarakat, prajurit yang notabene disiapkan untuk berperang saja pasti memilih tidak ada perang di planet ini meski segala sesuatunya mereka sudah dipersiapkan untuk menghadapi pertempuran. Prajurit kita dikenal sebagai prajurit yang militan lagi profesional ini juga diakui militer negara lain, dan negara sahabat sering mengajak TNI berlatih bersama.
Bila masyarakat dunia saja diajak latihan bersama masa warga Indonesia tidak? Jangan salah militer kita pun mengajak masyarakat berlatih bersama meski bukan latihan pertempuran melainkan latihan cara mengamankan diri saat di daerah konflik.
Kopasgat (Komando Pasukan Gerak Cepat) TNI Angkatan Udara latihan bersama awak media di Mako Wing-1 Kopasgat, Halim, Jakarta. Latihan tersebut difasilitasi Dinas Penerangan Angkatan Udara (Dispenau) yang mengajak awak media berlatih meliput di daerah konflik dengan harapan berbekal latihan selama dua hari awak media siap me-reportase peristiwa di medan perang.
Cuaca kala itu di Halim cerah embun pagi pun baru saja menguap terkena paparan matahari pagi menjelang pukul 07.00, di batalyon 461 Wing-1 Kopasgat TNI AU ada ‘penyerbuan’ awak media yang ingin mengikuti latihan bersama pasukan elit TNI Angkatan Udara. Latihan ini mensimulasikan penyergapan musuh ketika media tengah bertugas meliput situasi perang.
Sebelum latihan Serka Amin Nurhidayat yang keseharinya selaku Bintara Operasi dan Latihan memberi pengarahan pada peserta sebelum memulai latihan. Serka Amin kesehariannya memang sebagai instruktur prajurit Baret Jingga yang melatih prajurit menjadi professional.
Saat memberikan pengarahan gayanya luwes dan diselingi candaan mencairkan suasana tegang awak media, kala diperlihatkan video penyerangan yang terjadi di perang Rusia-Ukrania dimana saat prajurit Rusia sedang bersama media diintimidasi desingan peluru dan ledakan bom membuat mereka kocar kacir menyelamatkan diri, begitu video selesai diputar Amin berkata, “masih minat jadi wartawan?”.
Peserta kompak menjawab, “lanjut…”, tiba-tiba datang empat kendaraan taktis (Rantis) biasanya digunakan untuk partoli di medan perang. Kendaraan ini anti peluru dan di atap kendaraan berdiri senapan mesin kaliber 7,42 milimeter. Begitu kendaraan berhenti empat prajurit Kopasgat dengan pakaian siap tempur keluar dari Rantis pertama, diikuti 4 orang dari kendaraan kedua, lalu 5 lima orang di kendaraan ketiga dan empat prajurit di mobil terakhir.
Body armour terpasang rapi di prajurit Kopasgat, senapan serbu Sig Sauer CQB (close quarter combat) kaliber 5,56 milimeter buatan AS melengkapi mereka siap menjadi mitra latihan awak media.
Rantis masih terus menderu suara mesin seakan perintak komando agar peserta terutama awak media segera mempersiapan diri memulai latihan. Masing-masing awak media mengenakan perlengkapan yang sama dengan prajurit Kopasgat, helm baja dan jaket anti peluru namun tanpa dilengkapi senjata, siap memulai latihan.
Peserta dibagi tiga kelompok masing-masing beranggota 10 orang, latihan dibagi tiga tahap simulasi pertama tujuh awak media di mobil ketiga, dan tiga orang di kendaraan keempat dua mobil di lagi berada die pan sebagai pengawal dan pembuka jalan dari markas menuju daerah pertempuran.
Sepuluh awak media rencananya akan meliput peristiwa di daerah konflik, mereka diantar prajurit Kopasgat menuju ke daerah tersebut. di tengah jalan beberapa kilometer dari markas rombongan prajurit dan media dihadang ledakan bom sehingga kendaraan tak bisa melanjutkan ke daerah tujuan.
Simulasi ini menggunakan bom dan peluru tajam, saat kendaraan dihadang suara ledakan terdengar hingga radius 500 meter, booom… bunyinya menggelegar mengejutkan peserta yang menanti giliran ikut latihan.
Rantis Kopasgat ini anti peluru bahkan senjata anti tank seperti instalaza C-90 yang juga dimiliki Kopasgat tak mampu menghancurkan hanya menjungkir balikan rantis. Di latihan ini Rantis terhenti karena ledakan bom, terpaksa penumpang di keempat kendaraan harus keluar dan melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki menuju medan pertempuran.
Jalan kaki ini merupakan skenario kedua atau tahap kedua ‘operasi jalan kaki’, saat menyusuri jalan menuju daerah konflik tiga peserta bersama prajurit memeriksa situasi di kanan kiri jalan. Disinilah peserta aau awak media dilatih cara berlindung dari serangan musuh yang tak terduga.
Posisinya satu prajurit dibaris terdepan reporter persis dibelakangannya sambil berpegangan pada bagian beakang badan prajurit dan dua prajurit berada di belakang reporter dengan posisi senjata siaga. Posisi ini tameng hidup bagi reporter, dalam situasi perang prajurit wajib melindungi warga sipil yang berada di daerah konflik.
Terdengar lah desingan peluru dari arah kanan jalan, saat ketiga reporter ikut pasukan memeriksa situasi, rententan senjata berbunyi dua reporter lain langsung dilindung prajurit dengan cara kepala mereka ditundukan dan menempel di bagian belakang badan prajurit dan dilarikan ke tempat aman.
Sementara tujuh reporter bersembunyi di sisi berlawanan dari suara desingan peluru, ini juga cara penyelamatan yang diajarkan jika ada serangan tak terduga langsung berlindung di bodi kendaraan dengan posisi kepala menempel pada mobil dengan posisi merunduk agar kepala tak menjadi sasaran tembak.
Prajurit yang memeriksa situasi lalu berteriak clear kontak senjata tak lagi terdengar, selanjutnya seluruh rombongan bergegas menuju medan tempur. Dalam situasi perangan biasanya sekelompok masyarakat sipil dikawal antara dua atau tiga prajurit dalam satu regu yang berisi 10 prajurit. Karena ini latihan 10 prajurit mengawal satu persatu awak media yang juga berjumlah sepuluh orang.
Disinilah perbedaan terlihat terutama fisik prajurit Kopasgat berjalan cepat dengan nafas tetap stabil tapi awak media harus berlari dan nafas tersengal-sengal. Sebelum latihan instruktur meminta apapun gerakan yang dilakukan prajurit harus diikuti awak media, jadi ketika prajurit Kopasgat berjalan cepat sambil merunduk peserta sipil juga mengikuti. Saat tiarap kami juga harus merebahkan diri sejajar dengan tanah.
Bunyi rententan senjata kembali terdengar, ternyata dalam perjalan kami menuju area liputan terjadi kontak senjata lagi, saat pertama terdengar suara tembakan prajurit yang mengawal kami langsung tiarap kami pun segera mengikuti posisi itu tak ingin peluru penghadang mampir di tubuh.
Kontak senjata berlangsung beberapa menit kemudian komandan regu (Danru) teriak hentikan tembakan dan diikuti prajurit lainnya yang posisinya tak saling berdekatan. Kami terpencar karena serangan dadakan itu, namun prajurit tatap bisa berkomunikasi lewat radio yang selalu dilengkapi bila operasi perang.
Sampailah kami di daerah konflik, bunyi klik kamera menggantikan suara desingan peluru masih dalam posisi berlindung juru foto mengambil gambar situasi pertempuran. Lalu kami diajak menuju perkotaan menyisir sisa-sisa bangunan yang rusak akibat perang. Di perkotaan ini merupakan latihan babak akhir atau tahap ketiga yaitu perang kota.
Sebelum kami memasuki sisa bangunan akibat perang, prajurit terlebih dahulu memeriksa kondisi bangunan. Peledak pun dilempar sebelum memasuki sisa bangunan, peledak ini mengeluarkan suara ledakan cahaya dan asap. Apa yang dihasilkan peledak itu menimbulkan efek kejut bagi siapapun yang ada di dalam sisa bangunan, jika di dalam warga sipil yang tak bersenjata akan teriak tapi jika orang yang bersenjata akan menembakan senjatanya.
Satu persatu ruangan diperiksa dari beberapa ruangan ada satu kamar yang berisi orang bersenjata dan berhasil dilumpuhkan oleh prajurit Kopasgat, dengan cara begitu masuk ruangan ia langsung menembak dan mengenai sasaran. Koq bisa? Biasanya sebelum operasi mereka sudah dilengkapi data intelejen tentang posisi lawan.
Latihan pun berakhir di pertempuran kota, lelah pasti tapi itu terbayar dengan ilmu dan pengalaman sebelum menuju daerah konflik yang sesungguhnya. Itulah gunanya latihan profesionalisme harus ditempa dengan latihan, latihan dan latihan, seperti tulisan yang terpampang di area mako Batalyon 461 Wing-1 Kopasgat “Jadilahlah Orang yang Siap karena Peluang dan Ancaman Tidak Pernah Menunggu Kita Siap”.linda.