Beda Sensasi, Nobar ‘I Leave My Heart in Lebanon’ bersama Kostrad

Home

Jakarta, inspiras1nusantara, Nonton bareng (nobar) bersama rekan hal yang lumrah dan menjadi agenda rutin penggemar film. Tapi ada yang berbeda saat nobar ‘I Leave My Heart in Lebanon’ bersama Korps Kostrad, apalagi ada beberapa prajurit yang ikut nonton pernah bertugas di Lebanon.

Film yang disadur dari novel karya TB Silalahi dengan judul yang sama, mengisahkan Pasukan Garuda yang bertugas menjaga perdamaian di Lebanon. Misinya selain menjaga perdamaian. mereka juga memberikan bantuan sosial ke warga setempat. Dari situlah alur cerita dibangun, dimana Kapten Satria (Rio Dewanto) dihadapkan dua pilihan sulit.

Beny Setiawan sang sutradara pandai meramu emosi penonton, sehingga film ini membawa kesan hingga akhir. Pesan yang disampaikan film ini jelas, meski prajurit dilatih keras namun rasa kemanusiannya tak luntur, mereka juga merindukan orang-orang terdekat yang ditinggal tugas.

Mayor Inf Gilles Hegendorf anggota Penerangan Kostrad selaku prajurit yang pernah ditugaskan ke Lebanon, mengakui film produksi Te Be Silalahi Pictures bagus, dan penggambarannya sesuai dengan pengalamannya saat di Lebanon 2010 lalu. Dan ia bangga pernah mengalami situasi seperti diceritakan film tersebut.

Mayor Inf Gilles Hegendorf salah satu prajurit Kostrad yang pernah tergabung dalam Pasukan Garuda (foto: linda herawati)

Situasi yang dimaksud itu, bukan kisah galaunya Kapten Satria, tapi bagaimana ia berpatroli dan harus terbangun segera lari ke shelter perlindungan karena suara misil melintas di barak Pasukan Garuda Unifil. Atau saat berinteraksi dengan warga Lebanon yang memang ada dalam tugasnya sebagai anggota Pasukan Garuda.

“Kurang lebih situasinya seperti yang digambarkan film disana kita menjaga perdamaian. jadi kalau terjadi konflik seperti itu, dan kita memang pernah dan ya begitu kejadiannya”, ujarnya pada inspiras1nusantara usai nonton.

waktu yang diberikan berinteraksi dengan warga Lebanon memang ada tapi tak sedramatis kisah pertemuan Kapten Satria dan Rania (Jowy Khoury) serta putrinya Salma. Tugas Pasukan Garuda lebih banyak patroli dan memberikan laporan situasi yang terjadi di wilayah tugas mereka.

Meski berlatarbelakang konflik antara negara, tapi film ini lebih memfokuskan jalinan kisah cinta anggota pasukan Garuda. Cerita itulah yang tak dialami Gilles saat bertugas di Lebanon. Apabila terjadi hal diluar situasi mereka kembali pada SOP (Standar Operasional Prosedur) yang sudah diberikan.

Setangguh-tangguhnya prajurit mereka tetap manusia, galau dan resah menghadapi suasana batin yang tak menentu. Seperti adegan saat Pratu Ujang menangis kala merayakan Idul Fitri di Lebanon, dimana selama hidupnya belum pernah absen ber-Lebaran jauh dari keluarga. Atau ketika Kapten Satria meneteskan airmata perpisahan dengan Rania dan Salma, karena harus kembali ke tanah air.

Namun galau dan risaunya Ujang dan Satria, diingatkan oleh Bung Hatta yang mengatakan “jika kamu risau pandanglah bendera Merah Putih”, seperti tutur narator sebagai penutup film.

Gilles juga berpesan pada prajurit yang akan ditugaskan menjaga perdamaian. Saya harap Pasukan Garuda ke sana jangan terlibat seperti di film, nomer satukan tugas, karena ini bawa nama negara Indonesia.

Itulah bedanya nonton bareng yang biasa kita lakukan dengan nonton bareng bersama prajurit Kostrad yang punya pengalaman menjaga perdamaian di Lebanon. Mendengar kisahnya seperti menonton film tiga dimensi, menghibur juga merasakan ketegangan lewat pengalaman mereka.linda.

Leave a Reply